DARI GENERALIS KE SPESIALIS

13133173_1003579246386870_6245912395531110085_n

Acara balik kampung kali ini, selain merayakan 80 tahun usia Ibu, juga diniatkan untuk wisata kuliner bersama keluarga. Semarang, pantas disebut “Surganya Kuliner”. Lebih dari itu, Semarang telah belajar ilmu pemasaran dibanding kota besar lainnya. Ini buktinya..

 

Jika Anda berada di suatu wilayah, yang cari apa saja sulit, maka jualah apa saja, bukalah toko kelontong. Sudah menjadi hukum alam, jika toko kelontong Anda laris, maka akan memicu ‘tetangga’ untuk membuka toko kelontong serupa. Apa pilihan Anda? Membuka cabang, mengepung dengan puluhan cabang toko kelontong atau besarkan menjadi supermarket?

 

Tapi hukum dasar komoditas tetap berjalan. Bisnis yang gampang dibuka, apalagi (saat itu) untung besar, maka pesaing pun akan bertumbuhan. Jika branding tak kuat, harga pun banting-bantingan. Pilihan lain adalah naik level, larilah ke hulu, “Biarkan mereka jadi raja, Anda jadi dewa”. Apapun supermarket, minimarket atau toko kelontongnya, Andalah distributornya. Sedaap..!

 

Bagaimana jika Anda adalah pendatang yang ‘baru lahir’ dan mendapati kompetisi sudah telanjur gila-gilaan? Larilah ke spesialis. Jualah 1 macam produk saja (dahulu), ‘kunci’ branding-nya.

Serupa dengan perjalanan Bisnis Kuliner..

 

Era Rumah Makan Nano Nano, yang menjual apa saja sudah lewat, karena menjamur. Apalagi dipicu dengan pola cari (konsumen) di google:
“Kuliner Semarang” atau “Makanan Khas Semarang”,
akankah rumah makan ‘generalis’ atau ‘spesialis’, seperti Tahu Pong, Tahu Gimbal, Soto Kudus, Nasi Ayam, Bakmi Jowo, Lekker, Lunpia, Es Puter, Bandeng Presto, Wingko Babad, yang menang? ‪#‎laper‬

 

Saat Anda memasuki restoran yang menjual apa saja, apakah ini yang biasa Anda tanyakan:
“Disini apa yang spesial atau khas?”. Sudah jelas kah?

Kata Kunci produk unggulan

 

Coba deh plesiran ke Semarang, apalagi di malam hari, maka akan memperjelas apa yang saya tuliskan. Sebisa mungkin, jadilah yang pertama mempopulerkan suatu produk. Pertama mempopulerkan, bukan berarti yang pertama membuat/menjual.

 

Cara gampangnya, cari suatu produk yang sudah eksis puluhan tahun hingga sekarang, tapi belum ada merek yang terkenal. Itulah yang disebut Pasar Potensial, dalam buku Buka Langsung Laris. Banyak produk yang ngangenin, tapi mereka ‘lalai’ memberikan merek dagang (terdaftar) pada produknya, bukan nama jalan atau penjual yang tak terdaftar.

 

Dari jual apa saja, menjadi jual satu saja, atau populerkan satu saja. Setelah laris dan ramai, silakan tambahkan varian produk lain, tapi jangan mengubah merek dagang Anda dengan ‘generalis’ lagi.

Gado-Gado Boplo, tak hanya menjual gado-gado.
Sate Khas Senayan, juga ada nasi kuning, lontong cap go meh.
Bandeng Juwana, juga menjual oleh-oleh lainnya.

 

Meski demikian, menjual satu macam pun, cukup untuk 7 generasi. Terbukti..!!

 

Tak usah takut dengan para ‘follower’, justru mereka yang membantu memperluas pasar dan ‘mengerek’ popularitas merek Anda sebagi pionir.

Sudah Ngiler kah?

 

————————————————————————
Mau Punya toko online yang ‘beneran’? Buka disini >> Yukbisnis.com

Komentar

About Author

Jaya Setiabudi

Bukan ustad, bukan motivator, juragan ajah.. | Pengarang buku best seller The Power of Kepepet & Kitab AntiBangkut | Pendiri Young Entrepreneur Academy | Owner Yukbisnis.com | Pengusaha dengan jam terbang lebih dari 15 tahun | Contact person: 082121204555

Attachment