KETULUSAN DI PERANTAUAN

Sudah ke 4 kalinya saya berkunjung ke Korea. Yang membuat hati ini terikat, bukanlah keindahan alam atau kemegahan Korea. Namun di tengah kultur kapitalis yang mendarah daging di negara maju, tak mengubah ‘keorganikan’ para volunteer Yubi Korea.

10 hari di Korea, memaksa mereka harus mengambil jatah cuti demi menemani kami. Menjemput di bandara, mengangkat koper, sampai tak mengijinkan kami berdua (saya dan Mas Arif) untuk membayar setiap makan dan minum kami.

Saya belajar banyak dari para volunteers Yubi Korea, meski mereka mayoritas adalah ‘buruh’ pabrik, namun sikap pemurah mereka melebihi kebanyakan orang berlimpah harta yang saya kenal.

Mentraktir makan dan sikap rendah hati adalah 2 hal yang sering berlawanan. Biasanya yang mentraktir akan merasa lebih tinggi, namun mereka sepanjang jalan bersama, dengan rendah hati membawakan barang-barang kami. Saat seminar pun mereka tak menonjol di antara peserta yang menonton gratis.

Saya suka memperhatikan hal-hal kecil. Karena ketulusan sering tak nampak dari ‘proyek mercusuar’, tapi dari hal-hal kecil yang membuat perbedaan besar. Istiqomah dalam ‘melayani’ (khidmat) justru akan menaikkan derajat kita.

Tetaplah genuin, tetaplah polos.
Semoga aku tertular.

Komentar

Attachment